KONEKSI
ANTAR MATERI
(Pembelajaran Berdiferensiasi)
Tujuan pendidikan nasional adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan bangsa, yang menjadi
tonggak utama kesuksesan tujuan tersebut adalah guru. Guru mengambil peranan
penting dalam merubah wajah kehidupan pendidikan dan murid melalui proses
pembelajaran. Sehingga tuntutan profesionalisme seorang guru sangat penting.
Empat kompetensi guru yaitu Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian,
Kompetensi Profesional dan Kompetensi Sosial, dapat diaplikasikan dalam
pembelajaran berdiferensiasi.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah
pembelajaran yang mengutamakan hak setiap murid untuk mendapatkan pendidikan
yang lebih baik (Merdeka Belajar). Menurut Tomlinson (2000), Pembelajaran
Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas
untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Hal ini sejalan pada 5
Pokok pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang menggambarkan bahwa anak tumbuh
berdasarkan kodrat, beragam bakat dan hak yang sama.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah
serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru
yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat
tersebut adalah yang terkait dengan:
1.
Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid
untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi.
Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada
dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
2.
Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas.
Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun
juga muridnya.
3.
Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi
yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk
dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana
yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
4.
Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya.
Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan
belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber
yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
5. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru
menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas.
Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan
yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
Tahapan proses pembelajaran untuk
dapat memenuhi hak setiap peserta didik tentu adanya pendekatan terhadap setiap
murid. Pendekatan setiap murid ini sangat penting karena setiap murid memiliki
karakteristik sendiri dalam belajar, sehingga pendekatan setiap murid akan
berbeda pula. “Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik
hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu.”Ki Hajar
Dewantara. Pemikiran Ki Hadjar
Dewantara tersebut menggambarkan bahwa tumbuh kembang murid harus disesuaikan
dengan karakteristik anak pendidik hanya menuntun. Terdapat murid yang
lebih senang musik, olahraga, sejarah, dll. Perbedaan karakteristik ini penting
dipahami oleh setiap guru untuk pembelajaran yang terarah yang berpihak pada
murid atau disebut merdeka belajar (Difrensiasi Proses). Pendidik hanya menjadi
penuntun bagi murid-muridnya dalam tumbuh kembang sesuai kodratnya
masing-masing. Pada proses pembelajaran berdiferensiasipun, produk yang
dituntut dari murid menyesuaikan dengan minat murid (Diprensiasi Produk).
Bentuk pendekatan karakteriskti murid dalam pembelajaran berdiferensiasi yaitu adanya diagnostik karakteristik murid. Diagnosis ini penting agar dapat mengetahui upaya guru memberikan pembelajaran kepada setiap murid sesuai dengan karakteristiknya. Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek yaitu 1) Kesiapan belajar murid (Readiness); 2) Minat; dan 3) Profil belajar murid (Visual, Audiotori, dan Kinestetik).
Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa
murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan
sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya
(kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau
hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan
kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil
belajar). Mengetahui ketiga aspek kebutuhan murid tersebut, penting pula seorang
guru dapat membangun motivasi intrinsiknya murid. Motivasi intrinsik menjadi
pendorong membangkitkan hasrat untuk belajar dengan baik. Meotivasi instrinsik
mendorong motivasi murid untuk pengembangan diri, pengembangan bakat dan minat.
Menurut KI Hadjar Dewantara Pendidikan harus
sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Oleh karena itu, dalam pembelajaran
berdiferensiasi tetap memperhatikan alam dan zaman murid. Guru harus lebih profesional
dalam situasi dan kondisi sesuai dengan keadaan murid. Pembelajaran seperti ini
menjadikan pembelajaran lebih bermakna (meening
full). Kebermaknaan pembelajaran ini sesuai dengan Asas TRIKON menurut Ki
Hadjar Dewantara yang dapat menjadi landasannya. Kontinyu (Berkesinambungan) dan Konvergen
(Pengembangan dari berbagai sumber) dan Konsentris (Pengembangan berdasarkan
kepribaian sendiri/Kearifan Lokal).
Proses penerapan pembelajaran berdiferensiasi
untuk lebih maksimal, dibutuhkan adanya kolaborasi dengan sesama rekan kerja. Pembentukan
komunitas sesama rekan kerja dapat lebih memaksimalkan dalam penerapan pembelajaran
berdiferensiasi. Saling melengkapi satu sama lain tentang pendekatan
karakteristik peserta didik dan teknik-teknik pembelajaran yang lebih baik
serta membangun kerjasama yang baik untuk tujuan bersama.
Salam Guru Penggerak!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar